الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ طِبَاقًا مَا تَرَى فِي خَلْقِ الرَّحْمَنِ مِنْ تَفَاوُتٍ فَارْجِعِ الْبَصَرَ هَلْ تَرَى مِنْ فُطُورٍ (٣)ثُمَّ ارْجِعِ الْبَصَرَ كَرَّتَيْنِ يَنْقَلِبْ إِلَيْكَ الْبَصَرُ خَاسِئًا وَهُوَ حَسِيرٌ (٤)
“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu sekali-kali tidak
melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka
lihatlah berulang-ulang, Adakah kamu Lihat sesuatu yang tidak seimbang?
Kemudian
pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak
menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah.” (Q.S Al-Mulk [67] :
3-4)
L. Pisano Fibonacci (1170 – 1240) berhasil
menguak “awesome ratio” dengan desain barisan bilangan yang apabila dijumlahkan
ke bilangan sebelumnya, maka akan ditemukan hasil bilangan selanjutnya.
Jauh 1400 tahun SM, Allah Swt lebih
dulu mengungkap barisan angka ini melalui Q.S Al-Mulk : 3-4 diatas. Fibonacci
memulai penyusunan barisan ini dengan angka 0 dan 1. Betapa indahnya. “Demi
yang genap & yang ganjil.” (Q.S Al-Fajr:3)
O, 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, 34, 55,
89, 144, 233, 377, 610, 987, 1597, ……
Tidak ada komentar:
Posting Komentar